Soma terbangun dari tempat tidurnya. Dilihatnya sejumlah pesan bertengger di layar ponsel. Sebuah udangan interview kerja ! ini adalah kabar yang telah ia nantikan sejak lama. Usahanya kala itu mencoba melamar berpuluh puluh web perusahaan bonafit tak kunjung ada kabar. Kali ini, ia harapkan sebuah keajaiban. Panggilan interview kerja pertamanya!
Bergegas ia beranjak dari tempat tidur. Tetap, ia
melakukan rutinitas seperti biasanya, menghadap cermin, mengorek segala bentuk
exhaust yang ia peroleh saat tidur. Mukanya tetap kusam. Napasnya bagaikan nasi
yang lama diendapkan pada genangan air. Hah mungkin sudah waktunya membersihkan
diri. Padahal begitu banyak aspek kehidupan yang harus ia bersihkan, bukan
hanya sekedar menghilangkan kerak ditubuhnya.
Sesaat sebelum soma menunaikan kebutuhan pribadinya
yakni mandi, ponselnya kembali menerima pesan. Tanpa panjang lebar segera ia
baca, Oh tidak. Hari ini pula jadwal ia menjemput kakanya di stasiun kereta. Untunglah,
hanya harinya yang sama, tidak berlaku pada jamnya. Soma pikir ia masih bisa
melanjutkan menghadiri interview baru setelah itu ia jemput keket, kakaknya.
Pukul 07.46
Soma berangkat ke Universitas dekat rumahnya. Tak jauh,
sekitar 15 menit ia butuhkan untuk memarkirkan sepeda motornya dihalaman
kampus. Beruntung, interview kali ini diadakan di kampus dekat rumahnya.
Setibanya disana, soma bergegas menuju ruang
interview yang dikabarkan lewat pesan singkat. Sejumlah manusia telah berjejer
rapi di lorong tepat sebelum ruang interview. Bukan hanya soma, ternyata. Tepat
pukul 08.00. Populasi pencari kerja memasuki ruang interview.
Tak seperti yang dijanjikan. Bukan interview namanya
ketika semua pencari kerja yang diundang alih-laih mendapatkan sejumlah soal
mengenai kepribadian. Inimah psikotes namanya! Sebelum soma mengankat tanganya
untuk bertanya, salah seorang panitia rectruitmen menjelaskan bahwa, perlu
adanya tes ini untuk nanti memudahkan mereka dalam menginterview para peserta
seleksi. Tentunya akan ada sitem gugur di setiap tahapannya.
Mentang-mentang mereka yang berkuasa, mereka juga
yang seenaknya merubah aganda yang dijanjikan. Soma pasrah, ia serius
mengerjakan test.
Test pertama selesai. Semua undangan diberi waktu 10
menit untuk istirahat. Di saat yang bersamaan panitia rectruitment mengkoreksi
hasil pekerjaan 53 peserta test. Tak butuh waktu lama bagi panitia untuk memproses.
Daftar nama-nama yang lolos seleksi telah didapat hanya dalam kurun 10 menit. Gila
canggih juga mereka !
Saat itu pukul 11.00, saat itu pula soma melihat
namanya terdaftar dalam 15 peserta yang lolos seleksi. Panitia mengumumkan
peserta yang lolos untuk melanjutkan test wawancara tepat pukul 13.00. Saat
yang sama pula soma harus menjemput kakaknya di stasiun.
Sial!
Pulsa Soma habis, padahal ia berencana untuk
mengabari keket terkait janjinya untuk tidak ia tepati. Dalam dompet tak
terlihat kertas bergambar pahlawan untuk ia tukarkan dengan pulsa ponselnya.
Sepele sekali, pikir soma.
Ia meminta re-schedule panitia untuk menempatkannya
pada peserta terakhir untuk di wawancarai. Soma menjelaskan alasannya.
Sudah barang tentu panitia tidak mengijinkan
pergantian jadwal dengan alasan sesepele itu. Toh menurut mereka kakaknya bisa
saja ngojek, atau mbecak.
Soma pasrah,
Entah bagaimana ceritannya, kondisi keket di kereta
juga sama pasrahnya. Ia baru saja kehilangan dompet berisikan ongkos
transportasi dan ponsel pribadinya. Yang ia ingat hanya saat itu ia ngantuk,
dan mencoba merebahkan badannya pada pojokan kursi kereta. Bagaimana caranya
keket mengabari bahwa ia telah sampai pada adiknya, soma?
Pukul 13.00
Kereta yang keket tumpangi berhenti tepat di peron 5
stasiun muara bening. Keket turun dari kereta dengan lesu, keluar melalui
lorong stasiun, menuju ke tempat parkir dengan wajah menunduk. Ia cape. Soma
dari kejauhan merasa heran tumben kakaknya yang super bawel tertunduk lesu?
No comments:
Write comments