Tuesday, 18 October 2016

Perlu Dibaca : Di Sekolah ada Keterikatan dan Ketertarikan

 

Kalau engkau Sunda, Jawa, Batak atau suku yang lainnya, atau barangkali engkau ngekos maupun pribumi dan pada menit dan jam tertentu siang itu engkau melintas di jalan tertentu lantas pada detik tertentu muncul seorang dari gang lain dan melambaikan tangan memanggil meminta bantuanmu, aku bertanya: siapakah yang mengatur pertemuan kalian pada saat itu?




Mengenyam dunia pendidikan bukan sekedar mengajarkan kita untuk memperdalam pengetahuan. atau lebih dalam lagi saat itu adalah kesempatan kita menimba ilmu. jauh lebih dalam lagi dunia pendidikan memiliki dimensi emosional yang terbilang setara dengan dimensi keluarga. Banyak orang berpendapat setiap kesempatan belajar di jenjang per-sekolahan (SD, SMP, SMA dst) adalah sebuah anugerah. Anugerah yang tidak semua orang mampu menikmati, terlebih bagi masyarakat yang terhalang akses. Entah itu akses informasi, ekonomi, relasi, budaya hingga transportasi. 

Saya berani jamin, 99,99 % pembaca blog ini termasuk sekelompok yang menikmati anugerah di dunia pendidikan. Saya juga berani jamin, setiap jenjang per-sekolahanyang pembaca lalui memiliki setidaknya satu ikatan intim. Ikatan yang terjalin antar siswa - siswa, siswa - kelas, siswa - guru dan seringkali antara siswa - mata pelajaran. Ikatan yang terbilang unik, karena hampir dipastikan proses keterikatan tersebut dilalui secara tidak sadar. Hingga pada akhirnya timbul pertanyaan "dulu kok aku bisa berteman dengan kamu ya?"

Proses yang menjadikan antara siswa A dan B terbilang cukup rumit. Dimulai dari latar belakang keluarga yang berbeda, namun memiliki tujuan tempat yang sama. Dusun yang berbeda, Kades yang berbeda, hingga ke-intiman antara siswa dengan siswa mampu terjalin tanpa harus melaluki proses duduk dibangku yang sama. Lantas siapa yang mengatur siswa A berteman dengan siswa B ? si Jawa berteman dengan Sunda? Si batak berteman dengan Melanesia?

Keterikatan dan Ketertarikan akan berubah seiring dengan perubahan tempat dimana kau ber-sekolah. Biasanya ditahap sekolah selanjutnya akan ada karakter pergaulan baru yang muncul. Seperti contoh sudah mulai mengikisnya rasa malu untuk meminta bantuan, meminjam utang atau sekedar memberikan "wangsit" saat ujian. Ada perilaku yang berkembang dari setiap siswa. Perilaku yang lebih menunjukan siapa jati-diri dari sosok yang dulunya tak berbentuk.

Karakter yang tak bisa dibendung atau diarahkan meski kau masuk dalam sistem percetakan bernama "sekolah". Seketat - sekatnya sekolah dan bahkan se tradisionalnya sekolah tetap tidak mampu mengurangi rasa ingin tahu dan jiwa pemberontak yang ada dalam setiap manusia. Contohlah disetiap pelajaran yang tersurat di sekolah mestinya mengajarkan untuk memilih dalam bergaul dan berteman. Nasehat tersebut yang diharapkan menjadi barrier pribadi dari setiap anak didiknya. Toh pada akhirnya rasa ingin tahu, serta insting sosial tetap menggerakan tangan mereka untuk berjabat tangan dengan segala jenis manusia yang menurutnya "asyik" untuk diajak berteman. Tanpa pandang latar belakang ekonomi, sosial, suku, agama dan dengan cara apa mereka bertahan hidup.

Keterkaitan dan Keterikatan 

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments