Saturday 22 October 2016

Perlu Dibaca : Siklus Pergantian

 


Dulu ketika Saya masih duduk dibangku sekolah dasar hingga atas, keluarga saya mempekerjakan seorang buruh cuci. Latar belakangnya bukan karena orang rumah saya malas mencuci, tapi memang saat itu si Ibu lagi seneng - senengnya jualan dan anak - anaknya terlalu rewel saat disuruh untuk "tanggung jawab" dengan pakaian kotornya masing - masing. Dan mungkin si Bapak Juga terlalu gahar kalo sekedar melakukan tugas mencuci. 

Singkat cerita, hampir seminggu dua kali si Buruh ini datang ke rumah. Tanpa mengeluh dan protes, berapapun jumlah cucian tetap ia jalani. Saya juga saat itu tidak bisa menjamin bahwa hasil cucian beliau bersih 100%. Tapi yang saya yakini adalah bagaimanapun hasil cuciannya, tetap kami anggap bersih. Meski nominal upah yang diterima beliau saat itu saya tidak tahu pastinya. 

Hingga pada suatu saat ketika Saya memasuki jenjang perkuliahan, sebongkah kardus besar berisi mesin cuci datang ke rumah. Di beli dari toko elektronik milik pedagang terkaya di Desa kami. Saat itu pula Saya yang menemani Si Ibu memilih barang ini. Pro dan kontra sempat mewarnai keputusan pembelian mesin cuci, dimulai dari rasa lelah si Ibu yang memang beberapa kali menggantikan sang Buruh ketika tak sempat datang. Hingga rasa iba yang menyeret kami berpendapat bahwa lapangan pekerjaan si Buruh cuci akan berkurang dengan di belinya mesin cuci.

Saat itu memang saya tidak berpikir sejauh mana nasib sang Buruh ketika lapangan pekerjaannya berkurang. Toh saya hanya berpikir kemajuan teknologi akan membantu manusia menyelesaikan tugas tugas harian. Ditambah, Saya rasa juga sang Buruh sudah terlalu capek untuk melakukan tugas seberat mencuci pakaian kotor satu keluarga. 

Ada satu hal pasti yang selalu terjadi dalam kehidupan ini. Ialah "pergantian". Siapa yang digantikan dan apa yang menggantikan. Cerita sang Buruh tadi hanyalah salah satu contoh bagaimana siklus pergantian ini bekerja. Pada masanya akan datang pengganti, pada masanya pula akan ditetapkan bahwa sesuatu hal harus diganti. Kita juga sedikitnya pernah mendengar kalimat "Hasil yang Berbeda Berasal dari Cara yang Berbeda"

Terlepas dari ras Iba dan nggak enakan, kita sebagai manusia akhirnya dihadapkan pada pilihan menggantikan atau digantikan. Sejarah juga tercatat karena adanya sebuah siklus pergantian. Islam pun hadir untuk menggantikan zaman jahiliyah. Islam tidak berfikir kasihan atau bahkan iba dengan jahiliyah ketika digantikan. Ia hanya merasa saat itu siklus pergantian memang harus dijalankan, tentunya untuk kebaikan. 

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments